Plis, Don’t Forget Me!
Aroma
lingkungan di tempat ini sudah tak asing
lagi bagiku, ya aroma obat yang begitu menyengat hidung, bahkan jika lalat
sekalipun enggan hinggap di tempat ini, namun mungkin karena sudah terlalu lama
berada di tempat ini, aku sudah terbiasa dengan aromanya. Bagaimana tidak,
waktu 7 bulan bukanlah waktu nyang singkat bagiku, seorang penderita kanker
otak stadium akhir yang usia hidupnya tinggal menghitung detik, sewaktu-waktu
bisa kembali ke pangkuannya. Ke pangkuannya yang begitu nyaman.
Di
“Rumah Pelangi” ini semua orang yang menderita penyakit yang sama sepertiku di
rawat, bahkan jika di bandingkan denganku, masih banyak yang sudah lebih lama
berada di sini, contohnya saja Akilla, penderita kanker hati stadium akhir yang
masih berumur empat tahun sudah 2 tahun di rawat di tempat ini.
Meskipun
aku menderita penyakit yang cukup ganas, namun aku tak pernah merasa sedih
maupun putus asa, karena di tempat ini banyak yang peduli terhadapku, begitupun
juga dengan Nino, orang yang sudah 12 tahun bersahabat denganku. Kapan pun aku
membutuhkan hiburan, ia selalu ada
untukku, ketika aku meminta bantuannya ia tak pernah menolak sekalipun, bahkan
Nino adalah orang yang pertama kalinya mengetahui tentang penyakitku ini.
Berada
di sampingnya membuatku nyaman, sikapnya yang konyol selalu mampu membuatku
tertawa dan ketika begitu banyaknya alat bantuan yang menempel di badanku
dialah orang yang tak pernah absen menemaniku. Genggamanya tak pernah lepas
dari jemariku. Apa artinya ini ? ia sahabatku, namun tingkah lakunya melebihi
sikap seorang sahabat pada umumnya. Apakah ia mencintaiku ? apakah ia merasakan
hal yang sama denganku ? Oh Tuhan...
Cinta
? ah..! nampaknya aku yang terlalu berharap jauh, Nino itu hanya seorang
sahabat dan hanya seorang penyemangat hidup bagiku, bagi seorang gadis
penyakitan yatim piatu sepertiku. Aku yakin Nino tidak pernha mencintaiku,
karena aku hanyalah seorang gadis yang lemah, aku hanyalah seorang gadis yang
hanya bisa membuat hidupnya susah. Namun satu yang aku minta, ketika aku sudah
tiada nanti, jangan pernah kamu lupa akan sosokku, sosok sahabat yang amat
menyayangi dan mencintaimu lebih dari seorang sahabat.
Tuhan,
ketika aku sudah berada di pangkuanmu nanti, tolong bantu aku menjaganya dari
atas sana, jagalah dia, dia sahabatku yang amat ku sayangi, dan maaf aku tak
bisa menemanimu lebi lama lagi..
Selamat
tinggal...
Kiki
Wulandari